DILATED CARDIOMYOPATHY
( KARDIOMIOPATI DILATASI )
1.
Definisi
dan Klasifikasi
Kardiomiopati
merupakan sekumpulan kelainan kardiologis dimana terjadi abnormalitas
structural pada miokardium. Kondisi ini bisa berujung pada sebuah gagal
jantung. Kardiomiopati tergolongkan pada 3 tipe berdasarkan keadaan anatomis
dan gangguan fisiologis dari ventrikel kiri.
a.
Kardiomiopati
dilatasi ditandai pembesaran ruang ventrikel dan gangguan fungsi sistolik.
b.
Kardiomiopati
hipertropik menunjukkan penebalan ventrikel secara abnormal dan gangguan
relaksasi diastolik, namun fungsi sistolik masih baik.
c.
Kardiomiopati
restriktif ditandai miokardium yang kaku karena fibrosis ataupun proses
infiltratif, yang berujung pada gangguan relaksasi diastolik, sementara fungsi
sistolik normal ataupun sedikit terganggu.
Kardiomiopati dilatasi (KD)
mempunyai karakteristik peningkatan volume sistolik dan diastolik ventrikel
kiri yang ditandai dengan terdilatasinya kedua ventrikel terutama ventrikel
yang kiri, jarang yang kanan, yang berakibat menurunnya kontraktilitas
miokardium sehingga menurunkan curah jantung
2.
Etiologi
dan Faktor Resiko
a.
Idiopatik,
merupakan tipe yang paling sering, pada pemeriksaan secara histologi
memperlihatkan hipertropi miosit dan fibrosis interstitial.
b.
Familial,
Heredofamilial neuromuscular disease ventricular dysplasia merupakan bentuk KD
yang unik dengan karakteristik penggantian progresif dari dinding ventrikel
kanan dengan jaringan adiposa. Sering dihubungkan dengan aritmia ventrikel,
tetapi perjalanan klinisnya bervariasi.
c.
Toksik
1)
Alcoholism
(15 sampai 40% kasus di Negara barat)
2)
cobalt,
lead, phosphorus, carbon monoxide, mercury, doxorubicin, daunorubicin, mercury,
antimony, gold, chromium.
3)
Cocaine,
heroin, organic solvents (“glue sniffer’s heart”)
4)
Antiretroviral
agents (zidovudine, didanosine, zalcitabine)
5)
Phenothiazines
d.
Metabolik
1)
Collagen
vascular disease (SLE, rheumatoid arthritis, polyarteritis), dermatomyositis.
2)
Peripartum
(trimester ketiga dari kehamilan atau 6 bulan postpartum)
3)
Nutrisi
(beri-beri, defisiensi selenium, defisiensi karnitin, defisiensi tiamin)
4)
Acromegaly,
osteogenesis imperfecta, myxedema, thyrotoxicosis, diabetes, Hypocalcemia
5)
Hematologi
(e.g., sickle cell anemia, hemochromatosis)
6)
Penyakit
ginjal tahap akhir pada hemodialysis
7)
Amyloid
8)
Heat
stroke
e.
Infeksius
1)
Postmyocarditis
2)
virus
(human immunodeficiency virus, coxsackievirus B), rickettsial, mycobacterial,
toxoplasmosis, trichinosis, Chagas’ disease, bacterial.
f.
Kondisi
sistemik seperti iskemia miokardium, hipertensi dan kelainan katup jantung.
g.
Irradiasi
h.
Prolonged
tachycardia
i.
Takotsubo
cardiomyopathy (sekunder karena stress berat atau latihan fisik yang
berlebihan).
j.
Genetik,
Setidaknya 20% dari pasien dengan bentuk familial dari KD mempunyai mutasi yang
berada pada gen yang mengkode protein sitoskeletal (seperti distropin dan gen
desmin), kontraktil, membran nuclear (seperti gen lamin A/C), dan protein
lainnya. Penyakit ini secara genetic heterogenous namun paling sering
ditransmisikan secara autosomal dominant, autosomal resesif, mitokondrial
(terutama pada anak anak), dan X-linked inheritance.
k.
Hemodinamik
Defek fisiologis yang utama berupa menurunnya kekuatan kontraksi ventrikel kiri yang mengakibatkan stroke volume berkurang, ejection fraction yang merendah, dan end systolic dan end dyastolic volume bertambah. Ventrikel kiri berdilatasi dan tekanan atrium kiri meningkat menyebabkan hipertensi pulmonal dan gagal jantung kanan.
Defek fisiologis yang utama berupa menurunnya kekuatan kontraksi ventrikel kiri yang mengakibatkan stroke volume berkurang, ejection fraction yang merendah, dan end systolic dan end dyastolic volume bertambah. Ventrikel kiri berdilatasi dan tekanan atrium kiri meningkat menyebabkan hipertensi pulmonal dan gagal jantung kanan.
3.
Patofisiologi
a.
Peningkatan
sedang dalam massa miokardium, tetapi rongga ventrikel berdilatasi
parah. Biasanya keempat kamar jantung membesar dan sering mengandung trombi
mural, yang terakhir menyebabkan embolisme sistemik.
b.
Gangguan
fungsi sistolik, Pengurangan fraksi ejeksi (biasanya kurang dari 40%)
c.
Tidak
ada gangguan pengisian ventrikel kiri
d.
Dengan dilatasi
parah rongga ventrikel, maka regurgitasi mitral bisa timbul dengan
katup normal secara anatomi.
e.
Bisa timbul
berbagai aritmia atrium dan ventrikel.
4.
Gambaran
Klinis
Pasien dengan kardiomiopati
dilatasi (KD) secara umum mempunyai gejala klinis yang tidak jelas dan
tiba-tiba didapati gejala gagal jantung kongestif. Mula-mula terdapat batuk
karena kongesti paru, dyspnea pada kerja ringan, kelemahan dan anoreksia yang
memburuk secara bertahap dalam hitungan bulan sampai tahun. Adakalanya didapati
aritmia (atrium fibrilasi dan aritmia ventrikel) yang mendahului gagal jantung.
Bila keadaan bertambah berat,
kulit menjadi dingin dan pucat, volume nadi dan tekanan nadi berkurang,
takikardia, tekanan vena jugularis meningkat, hepatomegali dan edema kaki bisa
didapati. Bising pansistolik bisa didapati, karena insufisiensi katup trikuspid
dan katup mitral meskipun sangat jarang.
Pada 50% anak dapat ditemukan
demam dalam 3 bulan sejak terdapat gejala gagal jantung, dan 10-20% memiliki
gejala neurologis (kejang, keterlambatan pertumbuhan) dan gastroinestinal
muntah, nyeri perut). Gejala dapat ditemukan pada 50% saat bayi dan 25% pada
masa kurang dari 24 jam. Beberapa pasien memiliki ventrikel kiri yang
terdilatasi beberapa bulan sampai tahun sebelum adanya gejala.
Adanya angina pectoris sangat
jarang terjadi, jika ada maka kemungkinan berhubungan penyakit jantung iskemik.
Sinkop karena aritmia, emboli, dan kematian mendadak dapat terjadi meskipun
sangat jarang.
5.
Pemeriksaan
Diagnsotik
Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan untuk menegakkan diagnosis yaitu sebagai berikut:
a.
Laboratorium
1)
Laju
endap darah
2)
creatinine
kinase (penapisan muskular distropi)
3)
renal
function test
4)
liver
function test
5)
uji
fungsi tiroid
6)
viral
serologi
b.
Rontgen
thorax
1)
Pembesaran
jantung massif
2)
Edema
interstitial pulmoner
3)
Khas
pada roentgen siluet jantung membesar, kadang masif dan jantung berbentuk “botol
air” efusi perikardium.
c.
ECG
1)
Hipertropi
ventrikel kiri dengan perubahan gelombang ST-T djumpai pada 50% penderita bayi.
2)
Khas,
gelombang T rata atau inversi dengan ST depresi.
3)
Sumbu
QRS inferior pada 85% penderita.
4)
Right
bundle branch block (RBBB) or LBBB
5)
Perubahan
gelombang P yang mengindikasikan abnormalitas atrium kiri, first-degree AV
block.
6)
Abnormalitas
konduksi atrioventrikular (sinus takikardi, atrial fibrilasi, PVC, kontraksi
atrium prematur, ventrikel takikardi, ventrikel aritmia, supraventrikel
disritmia)
d.
Echocardiogram,
menunjukkan pembesaran ruang jantung pada 50% penderita dan 25% penderita
memiliki EF yang rendah (disfungsi sistolik) dengan global akinesia. Kriteria
diagnostik adalah bila fraksi ejeksi <0.45, fractional shortening <25%,
dan volume akhir diastolik ventrikel kiri >112%.
e.
Doppler,
dapat memeriksa dinamika ejeksi ventrikel kiri dan mempunyai gambaran khas
penurunan kecepatan dan percepatan puncak pada saat istirahat maupun latihan fisik.
f.
Kateterisasi
jantung: peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri atau kanan, curah
jantung secara umum normal atau menurun tetapi tidak signifikan pada saat
aktifitas fisik. Angiography memperlihatkan hipokinetik ventrikel kiri difus
yang terdilatasi, seringkali dengan adanya mitral regurgitasi.
g.
Biopsi
endomiokardial tidak diperlukan pada KD idiopatik atau familial, namun dapat
berguna untuk mencari penyebab yang dapat diobati (contohnya sarcoidosis,
hemochromatosis) dan diagnosa definitif (contohnya amyloidosis) dari KD, namun
biopsi secara umum mempunyai cakupan diagnostik yang rendah, resiko perforasi
dan kematian sehingga membatasi penggunaannya.
Perbaikan secara spontan atau
stabilisasi dapat muncul pada sekitar seperempat pasien dengan KD. Kematian
disebabkan gagal jantung, takiaritmia ventrikel atau bradyaritmia ventrikel.
Pemakaian antikoagulan harus dipertimbangkan jika terdapat kemungkinan emboli
sistemik. Standar terapi untuk gagal jantung adalah restriksi natrium, ACE
inhibitor, diuretik, dan digitalis menghasilkan perbaikan gejala. Pada KD
sekunder yang disebabkan karena hipertensi atau penyakit katup, penurunan
afterload paling baik dengan menambahkan hydralazine atau nitrat terhadap
standar regimen terapi gagal jantung kongestif. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa kombinasi dari angiotensin II receptor antagonis dengan ACE inhibitor
lebih efektif dibandingkan pemakaian monoterapi.
Pada pasien dengan gagal jantung kongestif
fungsional kelas IV dan Left Ventrikel Ejection Fraction <35%, penambahan 25
mg spironolakton terhadap standar regimen gagal jantung kongestif telah
menurunkan tingkat mortalitas sebesar 30%. Beberapa pasien dengan KD yang pada
saat biopsi menunjukkan adanya inflamasi miokardium harus diterapi dengan obat-obatan
imunosupresif. Penggunaan alkohol harus dihindari karena bersifat toksik bagi
jantung, sebagaimana juga penggunaan calcium chanel bloker dan NSAID. obat
antiaritmia sebaiknya dihindari untuk menghindari proaritmia, kecuali
dibutuhkan untuk mengatasi pada aritmia yang serius. Pada satu dari tiga pasien
dengan keterlambatan konduksi intraventrikuler (seperti LBBB atau RBBB),
pemasangan pacu jantung biventrikuler (resynchronization therapy) akan
memperbaiki gejala, menurunkan waktu rawat inap dan menurunkan mortalitas.
Pemasangan implant cardioverter-defibrillator sangat berguna pada pasien dengan
aritmia ventrikuler. Transplantasi jantung harus dipertimbangkan pada pasien
yang refrakter terhadap medikamentosa atau pasien dengan KD idiopatik.
No comments:
Post a Comment