A.
Definisi
Sindrom piriformis adalah gangguan neuromuskular
yang terjadi ketika N.Ischiadicus
terkompresi atau teriirtasi oleh M.Piriformis.
Secara khas, sindrom piriformis meningkat dengan adanya kontraksi pada otot
piriformis, duduk yang lama, atau tekanan langsung pada otot. Nyeri pada pantat
adalah gejala utamanya.
Sindrom
piriformis dapat menyebabkan kesulitan berjalan, karena adanya nyeri pada pantat atau ekstremitas bawah. Sindrom
piriformis adalah salah satu yang menyebabkan kondisi siatika.
B.
Etiologi
dan Faktor Resiko
Berdasarkan etiologi, sindrom piriformis
dapat dibagi atas penyebab primer dan sekunder. Penyebab primer terjadi akibat
kompresi saraf langsung akibat trauma atau factor intrinsik musculus
piriformis, termasuk variasi anomali anatomi otot, hipertrofi otot, inflamasi
kronik otot, dan perubahan sekunder akibat trauma semacam perlengketan.
Penyebab sekunder termasuk gejala yang terkait lesi massa dalam pelvis,
infeksi, anomali pembuluh darah atau simpai fibrosis yang melintasi saraf,
bursitis tendon piriformis, inflamasi sacroiliaca, dan adanya titik-titik picu
myofascial.
Penyebab lain dapat berasal dari:
pseudoaneurysma arteri gluteus inferior, sindrom piriformis bilateral terkait
dengan posisi duduk yang berkepanjangan, cerebral palsy terkait dengan
hipertonus dan kontraktur, arthroplasti panggul total, dan myositis ossificans.
Berdasarkan penyebabnya, dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Primer
|
Sekunder
|
Trauma
Pyomyositis
Myositis ossificans
Dystonia musculorum
deformans
Hipertrofi
Adhesi
Fibrosis
Variasi
anatomi
|
Hematoma
Bursitis
Pseduoaneurisma
Pronasi berlebihan
Massa
Anomali vassa
Simpai
fibrosis
|
C.
Patofisiologi
Hiperlordosis lumbal dan kontraktur panggul
pada posisi fleksi meningkatkan regangan musculus piriformis juga cenderung
menyebabkan gejala sindrom piriformis. Pasien dengan kelemahan otot-otot abductor
atau ketimpangan panjang tungkai bawah juga cenderung mengalami sindrom ini.
Perubahan biomekanika gaya berjalan (gait)
sebagai penyebab hipertrofi musculus piriformis dan inflamasi kronik, juga akan
memunculkan sindrom piriformis. Dalam proses melangkah, saat fase berdiri (stance
phase) musculus piriformis teregang sejalan dengan beban pada panggul yang
dipertahankan dalam posisi rotasi internal. Saat panggul memasuki fase ayun (swing
phase), musculus piriformis berkontraksi dan membantu rotasi eksternal.
Musculus piriformis tetap dalam kondisi teregang selama proses melangkah dan
cenderung lebih hipertrofi dibanding otot lain di sekitarnya. 8,9 Setiap
abnormalitas proses melangkah yang melibatkan panggul dengan posisi rotasi
internal atau adduksi yang meningkat dapat semakin meregangkan musculus
piriformis.
Trauma tumpul dapat menyebabkan hematom dan
fibrosis di antara nervus ischiadicus dan otot-otot rotator eksternal pendek,
salah satu pemicu gejala sindrom ini. Radikulopati lumbal bagian bawah mengakibatkan
iritasi sekunder musculus piriformis yang nantinya akan memperumit diagnosis
dan memperlambat fisioterapi metode peregangan punggung bawah dan panggul karena
memperberat gejala-gejala sindrom piriformis.
D.
Gambaran
Klinis
Keluhan yang khas adalah kram atau nyeri di
pantat atau di area hamstring, nyeri ischialgia di kaki tanpa nyeri punggung,
dan gangguan sensorik maupun motorik sesuai distribusi nervus ischiadicus.
Keluhan pasien dapat pula berupa nyeri yang semakin menjadi saat membungkuk,
berlama-lama duduk, bangun dari duduk, atau saat merotasi internal paha, juga
nyeri saat miksi/defekasi dan dispareunia.
E.
Pemeriksaan
Diagnostik
Penegakan diagnosis sindrom piriformis
sering dibuat setelah mengeksklusi penyebab ischialgia lain. Robinson pertama
kali menyusun penegakan diagnosis berdasar 6 ciri:
1.
Riwayat
jatuh pada pantat;
2.
Nyeri pada
area sendi sacroiliaca, foramen ischiadicum majus, dan otot piriformis;
3.
Nyeri akut
yang kambuh saat membungkuk atau mengangkat;
4.
Adanya
massa yang teraba di atas piriformis;
5.
Tanda
Laseque positif
6.
Atrofi
gluteus.
Hampir 50% pasien sindrom piriformis pernah
mengalami cedera langsung pada pantat ataupun trauma torsional pada panggul
atau punggung bagian bawah, sisanya terjadi spontan tanpa penyebab yang dapat
diidentifikasi.
Beberapa pemeriksaan fisik dapat mendukung
diagnosis sindrom piriformis:
1.
Pada
posisi telentang, pasien bertendensi menjaga posisi tungkainya sedikit
terangkat dan berotasi eksternal (tanda piriformis positif).
2.
Spasme
musculus piriformis dapat dideteksi dengan palpasi dalam yang cermat di lokasi
otot ini melintasi nervus ischiadicus dengan melokalisir titik tengah antara
coccyx dan trochanter major.
3.
Pemeriksaan
colok dubur menunjukkan area yang lebih lunak di dinding lateral sisi pelvis
yang terkait.
4.
Nyeri
ischialgia dan turunnya tahanan otot ditunjukkan dengan cara menahan gerakan abduksi/rotasi
eksternal pasien (tes Pace).
5.
Pada
posisi telungkup, tes Freiberg memicu nyeri dengan merotasi internal tungkai bawah
saat panggul ekstensi dan lutut fleksi 90°.
6.
Beatty
mendeskripsikan teknik yang membedakan antara radikulopati lumbal, penyakit
panggul primer, dan nyeri akibat sindrom piriformis. Tes Beatty dapat pula member
hasil positif pada kasus herniasi lumbal dan osteoarthritis panggul. Pasien
tidur miring dengan tungkai diangkat beberapa menit, maka di sisi tungkai yang
mengalami sindrom piriformis akan terasa nyeri pada pantat bagian dalam.
Tak
satupun pemeriksaan fisik tersebut bersifat patognomonis; kombinasi riwayat dan
beberapa pemeriksaan fisik akan menunjang penegakan diagnosis sindrom piriformis.
Sindrom piriformis dapat dibedakan dengan herniasi diskus intervertebra karena
minimnya defisit neurologis pada sindrom piriformis, namun literature lain
menyebutkan sebelas dari 28 kasus (40%), pasien masih mengalami defisit
neurologis.
F.
Penatalaksanaan
Fisioterapi
Pendekatan
tatalaksana yang pertama dan utama adalah rehabilitasi dimulai dari aktifitas
dan terapi fisik, penekanannya pada komponen-komponen yang melibatkan otot
piriformis. Tujuannya selain meregangkan dan menguatkan otot-otot
abductor/adductor panggul juga mengurangi efek lingkaran setan nyeri dan
spasme. Peregangan mandiri dapat dibantu dengan diatermi, ultrasound, stimulasi
elektrik, ataupun teknik-teknik manual terapi lainnya. Bila teknik-teknik
tersebut diaplikasikan sebelum peregangan otot piriformis, maka akan memudahkan
pergerakan kapsul sendi panggul ke anterior dan posterior dan otot-otot abdomen
untuk meregang, dengan demikian tendon piriformis akan mengalami relaksasi dan
peregangan yang efektif. Adapun modalitas-modalitas yang dapat digunakan antara
lain:
1.
MWD : Ini sebagai pre-eliminary
exercise, ini selain untuk sirkulasi darah, cocok untuk menurunkan nyeri.
2.
Infra Red : Juga sebagai
pre-eliminary exercise, panas yang dihasilkan memilki efek fisiologis dan efek
terapeutik yang dapat meningkatkan sirkulasi darah dan proses metabolism,
mengurangi nyeri oleh efek sedative yang dihasilkannya, serta dapat menimbulkan
relaksasi otot sehingga dapat menurunkan spasme otot.
3.
Interferensi : penetrasi yang
dihasilkan lebih dalam dibandingkan dengan infra red, sehingga dapat menembus
jaringan yang lebih dalam. Efek terapeutik yang dihasilkan yaitu mengurangi
nyeri, dan relaksasi otot.
4.
Friction : untuk melemaskan otot
yang spasme dengan menekan pada titik nyerinya.
5.
Stretching : Dapat berupa teknik
hold relax , untuk mengulur otot yang mengalami pemendekan (kontraktur)
6.
Strengtening : Ini di lakukan untuk
penguatan otot-otot yang mengalami kelemahan. Dapat dilakukan dengan teknik
briedging exercise, maupun bugnet exercise.
7. Mobilisasi saraf : untuk melepaskan saraf yang
terjepit atau terkompresi.
sources : Rizal, 2010. Sindrom Piriformis. CDK ed_178_a.indd 332. Available from : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_178Sindrompiriformis.pdf/06_178Sindrompiriformis.pdf. diakses tanggal 4 Juni 2012
picture source: http://www.eorthopod.com/images/ContentImages/spine/spine_lumbar/lumbar_piriformis/piriformis_intro01.jpg
thanks....
ReplyDeleteApa bisa sembuh tanpa operasi?
ReplyDeleteAPakah bisa terlepas saraf yg kejepit itu?
Trims
Apa bisa sembuh tanpa operasi?
ReplyDeleteAPakah bisa terlepas saraf yg kejepit itu?
Trims
Bisa dengan teknik mobilisasi saraf. Silakan mencari tenaga fisioterapi profesional.
DeleteTerimakasih
artikel yang sangat membantu, terimakasih.
ReplyDeleteSama-sama, semoga dapat bermanfaat
DeleteMohon pencerahan cara mengatasinya saya sedang mengalami hal seperti ini
ReplyDeleteTks
untuk penanganan awal, Anda bisa mengompres hangat pada bagian yang nyeri. setelah itu, lakukan self stretching pada otot piriformis bisa diliat contohnya pada link berikut https://www.youtube.com/watch?v=lUtqYytKQ78
DeleteUntuk penanganan lebih lanjut silakan mencari tenaga fisioterapi profesional di sekitar tempat anda.
Terimakasih
apakah penderita periformis sindrome boleh olahraga sit up?
ReplyDelete