1. Definisi
Skoliosis
berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti kondisi
patologik.Vertebra servikal,torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal
dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas
tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan
rotasional. Skoliosis merupakan
kelainan tulang belakang dimana tulang belakang mengalami pembengkokan ke arah
samping (lateral curvature) membentuk
huruf ‘S’ atau ‘C’.
Skoliosis
diklasifikasikan menjadi dua; skoliosis struktural dan non-struktural
(postural).Skoliosis struktural merupakan skoliosis yang bersifat irreversible karena bentuknya yang rigid
dan tidak dapat dikoreksi dengan mengubah postur.Berbeda dengan struktural,
skoliosis postural bersifat reversible
dan dapat dikoreksi.
a. Skoliosis
Struktural
Skoliosis struktural disebabkan
oleh berbagai macam hal : degeneratif, neuromuskular, kongenital, dan idiopati alias
tidak diketahui asalnya. Sekitar 80% kasus skoliosis merupakan kasus skoliosis
idiopati. Skoliosis idiopati ini dibagi lagi atas empat bagian :infantile, juvenile, adolescent, dan adult. Pembagian ini berdasarkan kapan
skoliosis mulai terjadi pada seseorang. Dikategorikan infantile scoliosis
untuk anak dibawah umur 3 tahun, juvenile
antara umur 4-9 tahun, adolescent
pada umur 10-18 tahun, dan jika telah mencapai bone maturity maka dikategorikan sebagai adult scoliosis.
Adolescent
Idiopathic Scoliosis (AIS) adalah tipe skoliosis yang paling
umum dari skoliosis idiopati dan dari kasus skoliosis secara keseluruhan. AIS biasanya terkena pada remaja-remaja
sebelum mereka memasuki masa pubertas. AIS
ini cenderung mengenai pada anak perempuan daripada laki-laki. Mengenai mengapa cenderung pada wanita
belum diketahui secara pasti. Selain
itu, perawatan skoliosis terhadap perempuan juga lebih intens dibandingkan
terhadap anak laki-laki.
Skoliosis
kongenital disebabkan oleh kelainan
tulang belakang yang telah ada sejak lahir.Kelainan itu dapat berupa hilangnya
salah satu vertebra, bersatunya dua vertebra, atau bentuknya yang tidak
sempurna.Kondisi ini biasanya tampak pada anak berusia 8-13 tahun, dimana
pertumbuhan menjadi lebih cepat dan menambah tekanan pada tulang
belakang.Deteksi dini sangat penting, sehingga komplikasi yang lebih serius
dapat dicegah.
Skoliosis neuromuskular merupakan akibat dari berbagai
kondisi seperti cerebral
palsy,traumatic
brain injury, poliomyelitis,dan lain-lain.Pasien-pasien ini sering memiliki komplikasi yang
signifikan, meliputi skin ulcers,
masalah paru-paru, dan nyeri.
b. Skoliosis
Non-Struktural
Skoliosis non-struktural (biasa
juga disebut skoliosis fungsional atau skoliosis postural) disebabkan oleh
berbagai hal yang membuat vertebrae itu menjadi cenderung untuk bengkok ke satu
sisi misalnya adanya spasme otot, kebiasaan mempertahankan postur yang
asimetris, dan perbedaan panjang tungkai. Pengembalian dari postur yang jelek
hingga menjadi postur yang baik cukup dengan mengetahui apa penyebab asalnya
dan tangani penyebab asal itu. Jika tidak segera ditangani, skoliosis postural
ini dapat menjadi skoliosis struktural.
Adapun klasifikasi dari derajat kurva scoliosis :
a. Skoliosis
ringan : kurva kurang dari 20º
b. Skoliosis
sedang : kurva 20º – 40º/50º. Mulai terjadi perubahan struktural vertebra
dan costa.
c. Skoliosis
berat : lebih dari 40º /50º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang lebih
besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada sudut lebih
dari 60º - 70º terjadi gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan
hidup
Sedangkan
menurut letaknya, dapat diklasifikasikan menjadi thoracal,
lumbal, atau kombinasi. Dan menurut bentuknya dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Kurva
C : umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan karena
posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan otot, atau sitting balance yang
tidak baik.
b. Kurva
S : lebih sering terjadi pada skoliosis idiopati, di thoracal kanan dan
lumbal kiri, umumnya struktural.
2. Etiologi
dan Faktor Resiko
Walaupun
penyebab skoliosis idiopatik tidak diketahui, namun ada beberapa perbedaan
teori yang menunjukkan penyebabnya seperti faktor genetik, hormonal,
abnormalitas pertumbuhan, gangguan biomekanik dan neuromuskular tulang, otot
dan jaringan fibrosa.
a. Faktor
genetik : Dilaporkan bahwa faktor genetik mempunyai komponen pada perkembangan
scoliosis, terjadi peningkatan insiden pada keluarga pasien dengan scoliosis
idiopatik dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat penyakit
scoliosis.
b. Faktor
hormonal : Defisiensi melatonin diajukan sebgai penyebab scoliosis. Sekresi
melatonin pada malam hari menyebabkan penurunan progresivitas scoliosis
dibandingkan dengan pasien tanpa progresivitas. Hormon pertumbuhan juga diduga
mempunyai peranan pada perkembangan skoliosis. Kecepatan progresivitas
skoliosis pada umumnya dilaporkan pada pasien dengan growth hormone.
c. Perkembangan
Spinal dan Teori Biomekanik : Abnormalitas dari mekanisme pertumbuhan spinal
juga menunjukkan penyebab dari perkembangan dan progresivitas skoliosis, dimana
dihubungkan dengan waktu kecepatan pertumbuhan pada remaja.
d. Abnormalitas
Jaringan : Beberapa teori diajukan sebagai komponen struktural pada komponen
tulang belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau discus) sebagai penyebab
skoliosis. Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi seperti syndrome
Marfan (gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy (gangguan otot) dan
displasia fibrosa pada tulang.
Adapun
yang termasuk dalam faktor resikonya antara lain:
a.
Jenis kelamin. Lengkung pada anak perempuan cenderung
memburuk ketimbang anak laki-laki.
b.
Usia , semakin muda usia munculnya skoliosis semakin
besar kemungkinannya menjadi lebih parah.
c.
Sudut kurva, semakin besar sudut semakin besar
kemungkinan akan memburuk.
d.
Lokasi, Skoliosis di bagian atas lebih besar
kemungkinannya menjadi buruk daripada skoliosis
3. Patofisiologi
Onset
kejadian dari skoliosis idiopatik ini dibagi atas 3 periode utama. Periode itu
adalah zona infantile, juvenile, dan adolescent.
a.
Intantile ( anak - anak ) : Terjadi pada
anak sejak lahir hingga berumur 3 tahun. Pada umumnya, di deteksi pada tahun
pertama sejak kelahiran. Kasus ini lebih sering terjadi di Inggris, biasanya
pada laki- laki dan biasanya lokasi terjadinya adalah pada lekukan thoracic
sebelah kiri. Mayoritas sembuh secara spontan, walaupun tidak diobati dan
mungkin ini dikarenakan hasil dari pembentukan ketika di rahim; beberapa
kasus berkembang menjadi struktur lekukan yang cukup kaku, keras dan prognosis
yang jelek.
b.
Juvenile ( remaja ) : Terjadi pada umur 4
tahun hingga 10 tahun. Perbedaan antara kasus remaja awal dengan fase anak
anak akhir biasanya sulit di pisahkan kecuali didasarkan atas pemeriksaan
x-ray. Kebanyakan dari kasus ini dideteksi pada umur lebih dari 6 tahun dan
berlokasi pada kurva thorax kanan. Pada kelompok umur ini, prevalensi kasus
diantara perempuan dan laki laki terjadi secara merata.
c.
Adolescent ( dewasa ) : Kasus pada zona ini
didiagnosa ketika kurva dilihat pada umur 10 tahun dan skeletal yang matang.
Bentuk dari thorax kanan dan torakolumbal lebih dominan. Perubahan bentuk kurva
ini lebih banyak dideteksi pada kelompok umur ini namun sudah terjadi sebelum
umur 10 tahun, tapi tidak di deteksi hingga usia menjelang dewasa. Delapan
puluh persen dari skoliosis dewasa terjadi pada perempuan, dan kurva yang
terbentuk cenderung ke kanan.
Lengkungan
idiopatik kemungkinan akan berkembang seiring pertumbuhan. Biasanya, semakin
muda waktu kejadian pada anak yang struktur lengkungannya sedang berkembang
maka semakin serius porgnosisnya. Pada umumnya struktur lengkungan mempunyai
kecendrungan yang kuat untuk berkembang secara pesat pada saat pertumbuhan
dewasa., dimana lengkungan kecil non struktur masih fleksibel untuk jangka waktu
yang lama dan tidak menjadi semakin parah.
4. Gejala
klinis
Berikut
ini merupakan gejala-gejala klinis yang dapat dijumpai pada penderita skoliosis
:
a. Badan
condong ke lateral flexion
b. Salah
satu bahunya lebih tinggi dari yang lain
c. Salah
satu hip lebih tinggi dari yang lain
d. Terdapat
penonjolan salah satu scapula (shoulder
blade)
e. Payudara
yang asimetris pada wanita
f. Rib cage
menonjol di satu sisi
g. Kepala
tidak sejajar langsung dengan panggul
5. Pemeriksaan
pencitraan
Foto
polos harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang
dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan
metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva
structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi posterior-anterior,
vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah;
ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra
diperoleh kembali.
Cobb Angle diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra paling bawah. Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.
Cobb Angle diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra paling bawah. Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.
Maturitas
kerangka dinilai dengan beberapa cara, hal ini penting karena kurva sering
bertambah selama periode pertumbuhan dan pematangan kerangka yang cepat.
Apofisis iliaka mulai mengalami penulangan segera setelah pubertas; ossifikasi
meluas kemedial dan jika penulangan krista iliaka selesai, pertambahan
skoliosis hanya minimal. Menentukan maturitas skeletal melalui tanda Risser,
dimana ossifikasi pada apofisis iliaka dimulai dari Spina iliaka anterior
superior (SIAS) ke posteriormedial. Tepi iliaka dibagi kedalam 4 kuadran dan
ditentukan kedalam grade 0 sampai 5.
Derajat
Risser adalah sebagai berikut : Grade 0 menandakan tidak ada ossifikasi, grade
1 menandakan penulangan mencapai 25%, grade 2 mencapai 26-50%, grade 3 mencapai
51-75%, grade 4 mencapai 76% dan grade 5 menunjukkan fusi tulang yang komplit.
Selain
itu, skoliosis juga dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang berbahaya.Ini
disebabkan karena struktur vertebrae adalah struktur yang penting dan
berdekatan dengan berbagai struktur penting lainnya. Komplikasi-komplikasi yang
dapat timbul antara lain :
a. gangguan
jantung dan paru karena adanya perubahan struktur rib cage
b. gangguan
punggung terkait dengan struktur terlibat misalnya spasme otot, saraf terjepit
yang menyebabkan nyeri, fatigue,
ataupun muscle weakness.
c. Deformitas berat
d. Memperburuk penampilan
e. Penyakit sendi degeneratif
7. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan
Skoliosis
Untuk memastikan ada tidaknya skoliosis, ada beberapa
pemeriksaan yang dapat dilakukan baik itu oleh dokter, fisioterapis, maupun
orang awam sendiri, sebagai indikasi untuk memeriksakan dirinya lebih lanjut ke
dokter.
Pemeriksaan paling sederhana yang dapat dilakukan adalah Forward Bending Test. Forward bending test memiliki
sensitifitas dan spesifisitas yang baik untuk skrining skoliosis. Cara
melakukannya cukup dengan menyuruh pasien untuk menyentuh ujung jari kakinya
dari posisi berdiri. Dari posisi ini dapat kita lihat adanya hump atau penonjolan ribs. Ini disebabkan adanya rotasi pada
daerah vertebrae torakal.Ini juga dapat menunjukkan adanya lengkungan vertebra.
Perlu dicatat bahwa tes ini hanya menunjukkan adanya kelainan pada spine akan tetapi tidak menunjukkan
tingkat keparahan deformitas tersebut.
Pemeriksaan yang lain yang umum digunakan oleh fisioterapis
adalah menggunakan skitlot, sejenis bandul panjang yang melewati kepala, badan,
dan garis tengah gluteal. Caranya, orang yang akan dites dalam posisi berdiri
dengan kaki terbuka. Kemudian letakkan ujung tali yang bebas pada poe dan biarkan bandulnya jatuh melewati
garis tengah gluteal. Jika bandul tidak melewati garis tengah gluteal dengan
penyimpangan kira-kira lebih dari 10 derajat, maka ada kemungkinan terjadi
skoliosis.
b. Penanganan
Medis
Jika sudah didiagnosis
skoliosis, maka ada 3 kemungkinan treatment
yang diberikan : observasi, bracing,
atau surgery. Treatment ini diberikan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu
yaitu umur, jenis kelamin, bone maturity,
lokasi kurvatura (pembengkokan), derajat dan tingkat kurvatura serta laju
progresinya.
1) Observasi
: Anak-anak yang terkena skoliosis biasanya direkomendasikan untuk observasi
saja. Derajatnya juga kecil, kurang dari 25 derajat.Observasi ini hanya sekedar
check up untuk mengetahui apakah ada
peningkatan kurvatura. Observasi dilakukan setiap 4-6 bulan sekali.
2) Bracing, diberikan jika derajat skoliosis lebih dari 25
derajat dan masih dalam masa pertumbuhan. Umumnya ini diberikan pada penderita AIS. Bracing
memiliki bentuk seperti korset dan efektivitasnya tergantung seberapa lama
dikenakannya brace tersebut dalam
sehari.
Bracing
ini tidak akan menyembuhkan atau melawan arah tumbuh skoliosis. Bracing ini hanya akan memperlambat laju
perkembangan skoliosis. Biasanya bracing
ini akan berdampak pada psikis dan fisik. Bracing
akan menimbulkan rasa tidak nyaman karena menekan perut. Hal ini akan
menyebabkan kesulitan bernafas dan dapat menurunkan berat badan.
3) Surgery, diindikasikan
ketika brace tidak berhasil
memperlambat progresi skoliosis, kurva telah melebihi 45 derajat, bentuk
skoliosis juga mempengaruhi nilai kosmetik seseorang, dan pengaruh fisiologis
yang ditimbulkannya misalnya terhadap pernapasan.
c. Penanganan
Fisioterapi
Jika dokter telah menangani dengan bracing, maka seorang fisioterapis dapat menangani dengan
memberikan latihan-latihan agar tidak terjadi spasme, kelemahan, fatigue, dan untuk menjaga sirkulasi
darah tetap lancar pada area yang terkena skoliosis. Fungsi utama tindakan
fisioterapis dalam kondisi skoliosis yaitu dapat melakukan exercise yang dapat mempertahankan dan memperbaiki bentuk postur
yang sesuai dengan prinsip body
mechanical terutama pada skoliosis postural. Selain itu, berolahraga secara
rutin dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran secara umum yang secara tidak
langsung dapat memunculkan postur yang baik pada seseorang terutama olah raga
yang mengaktifkan fungsi otot-otot trunk
secara optimal misalnya berenang.
Selain itu, asupan gizi juga perlu dijaga pada penderita
skoliosis. Akan tetapi tidak ada suatu diet khusus untuk penderita skoliosis.
Selain itu, penambahan asupan kalsium tidak berpengaruh terhadap laju
perkembangan skoliosis.
Satu hal lagi yang penting adalah menjaga kondisi psikis
penderita skoliosis. Kasus skoliosis terbanyak diderita oleh anak-anak yang
baru saja akan memasuki masa pubertasnya. Masa ini merupakan masa yang labil.
Kondisi skoliosis bisa saja mengurangi rasa percaya diri dan menimbulkan rasa
takut, marah, dan rendah diri. Dukungan dari keluarga, teman, dan tenaga
kesehatan terkait sangat berperan untuk mengatasi semua itu.
Metode Schroth merupakan salah satu bentuk
fisioterapi untuk skoliosis. Bentuk penanganan ini merupakan penanganan
konservatif, dimana berbasis pada prinsip specific
postural correction, correction of breathing pattern dan correction of postural perception. Metode
ini dikembangkan oleh Katharina Schroth, seorang penderita skoliosis. Katharina
pada awalnya memakai brace, namun
kemudian memutuskan untuk mengoreksi posturnya sendiri. Metode ini banyak
dikembangkan di Amerika Utara, Spanyol, Jerman, dan Inggris.
Metode Schroth berdasarkan pada konsep bahwa
skoliosis dihasilkan oleh muscle
imbalance yang dapat diubah dengan latihan-latihan tertentu. Pada praktek
awalnya, di tahun 1920-an, penanganan skoliosis ini dilakukan dengan koreksi
diri sendiri pada cermin. Cermin merupakan bagian yang penting dalam metode
Schroth yang asli. Koreksi juga bisa dilakukan secara pasif dengan bantuan
terapis.
Karena pernapasan dan fungsinya memegang peranan
penting, maka koreksi bagian ini merupakan penekanan yang paling pertama,
kemudian diikuti dengan koreksi persepsi postural, dan terakhir latihan koreksi
yang spesifik. Perkembangan metode ini dibantu
oleh anak Katharina, Christa Lehner Schroth. Christa mengembangkan metode ini
dan membuat klasifikasi yang masih digunakan oleh fisioterapis hingga saat ini.
Klasifikasi tersebut adalah :
1)
Pola
tiga kurva (three curve pattern):
deviasi pada shoulder, torakal, dan lumbopelvis block
2)
Pola
empat kurva (four curve pattern): deviasi pada shoulder, torakal, lumbar dan pelvis
Semua pola dari klasifikasi tersebut saling
berdeviasi satu sama lain dalam bidang frontal yang disertai dengan rotasi.
Fokus utama metode asli Schroth adalah kelainan
kurvatura torakal yang melebihi 80 derajat dengan rotasi trunk dan rib hump. Isu
pun berkembang, dikarenakan metode ini tidak memberikan perbaikan yang
signifikan terhadap bidang sagital pada kelainan kurvatura sedang.
Sekarang ini telah
dikembangkan New Power Schroth Program,
yang berfokus pada kurvatura ringan dan sedang. Sedangkan untuk kurvatura
berat, masih tetap digunakan metode asli Schroth, yang tetap memberikan efek
yang paling besar terhadap kelainan postur ini.
Very great information about skoliosis latihan and skoliosis operasi thanks for post keep update your blog for help to peoples.
ReplyDeleteboleh minta sumber mendapatkan metode schroth?trmkasih
ReplyDeletegood information...Thank you....
ReplyDelete